Please use this identifier to cite or link to this item: http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/114
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIda Ayu Komang Arniati-
dc.date.accessioned2019-10-18T00:45:32Z-
dc.date.available2019-10-18T00:45:32Z-
dc.date.issued2016-10-
dc.identifier.issn0852-7776-
dc.identifier.urihttp://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/114-
dc.description.abstractManusia sebagai mahluk yang berakal budi sering disebut atma atau roh, dalam Upanisad disebut 'atma', atau la adalah Brahman. Brahman adalah azas alam semesta. Sebagai mahluk manusia mohon tuntunannya melalui sabda Tuhan yang tertuang dalam kitab suci, salah satunya Siwa Tattwa. Tuhan dalam Siwa Tattwa yang sering disebut Dwaita (oposisi berpasangan) disebut Cetana dan Acetana. Cetana adalah unsur kesadaran dan Acetana adalah unsur ketidaksadaran. Kedua unsur ini bersifat halus dan bersumber dari segala yang Ada. Berdasarkan latar belakang di depan muncul pertanyaaan, bagaimana sebenarnya hakekat manusia menurut Siwa Tattwa? Hakekat manusia adalah mahluk hidup (berbadan yang memiliki jiwa) yang bcrakal budi. Akal budi inilah yang menyebabkan manusia menjadi manusia yang utama dari mahluk lainnya. Manusia berasal dari Brahman (Bhatara Siwa), karena manusia dijiwai (memiliki Sang Jati Diri) yang disebut dengan atman yang merupakan percikan kecil dari Sang Hyang Widhi yang kesadarannya telah terpengaruh oleh kuatnya Maya sehingga menyebabkan kesadaran aslinya hilang. Hakekat manusia dalam Siwa Tattwa bahwa manusia merupakan Bhatara Siwa sendiri yang merupakan sebab yang tak bersebab dari segala sumber yang ada.en_US
dc.publisherUNHI Pressen_US
dc.titleHAKEKAT MANUSIA PERSFEKTIF SIWATATTWAen_US
Appears in Collections:Jurnal

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Hakekat Manusia.pdf1.32 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.