Please use this identifier to cite or link to this item: http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/1251
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIda Ayu Komang Arniati-
dc.date.accessioned2020-10-13T01:17:22Z-
dc.date.available2020-10-13T01:17:22Z-
dc.date.issued2006-
dc.identifier.urihttp://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/1251-
dc.description.abstractAgama dijadikan dalil untuk melanggengkan konsep patriaki dan juga dijadikan legimitasi kekerasan terhadap perempuan serta sarat dengan ketidaksetaan jender. Ajaran luhur setiap kitab suci seharusnya mencerahkan, membebaskan, menjunjung tinggi keadilan dan ketentraman. Tapi kenyataannya, kitab suci sangat dependen pada person dan kultur. Ajaran kitab suci dalam Agama Hindu,ada pada Manawadharmasastra dan Itihasa yang terdapat ajaran yang bias jender. Dalam Manawadharmasastra menggambarkan wanita dakam konteks kesetaraan jender . Dalam Itihasa (Ramayana dan Mahabharata) menggambarkan wanita dalam konteks kesetaraan jender dan menggambarkan tokoh wanita spiritual. Data dikumpulakn dengan cara melakukan penelitian kepustakaan dengan membaca Smerti dan bahan pustaka lainnya yang memberi komentar atau ulasan terhadap Smerti. Data yang terkait dengan topik masalah kemudian dilakukan pencatatan melalui sistem kartu, yakni kartu kutipan, kartu ringkasan dan kartu komentar. Pendekatan yang digunakan filologi,yang dapat dibagi menjadi tiga yakni, metode tafsir, content analysis dan hermeneutika. Dalam tesis ini digunakan pendekatan hermeneutika. Hermeneutika merupakan metode dalam penelitian kualitatif khususunya dalammemahami makna teks, kitab suci, buku,undang-undang sebagai fenomena sosial. Hermeneutika secara oprasional membahas teori pemahaman, khususnya dalam hubungannya dengan interpretasi, khususunya interpretasi teks atau wacana. Model analisis wacana yang dikemukakan oleh Sara Mills yang titik perhatiaannya pada wacana mengenai feminisme. Titik perhatian dari persfektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Wanita cendrung ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang salah dibandingkan dengan laki-laki. Ketidakadilan dan penggambaran yang buruk mengenai wanita inilah yang menjadi sasaran utama . Analisi wacana Sara Mills melihat posisi-posisi aktor yang ditampilkan dalam teks. Posisi dalam arti siapa menjadi subyek dan siapa menjadi obyek pencerita akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan secara keseluruhan. Model analisis wacana dari Sara Mills yang digunakan dalam kajian bias jender dalam Smerti. Dalam analisis wacana , bagaimana wanita dalam Smerti diposisikan dan mengapa wanita diposisikan demikian. Bagaimana pembaca diposisikan dalam teks,pembacaan dominan terhadap Smerti ditujukan pada laki-laki atau wanita. Adapun hasil analisis dan pembahasan berikut, Pertama, ketidakadilan gender dalam Manawadharmasastra, yakni, merumuskan wanita yang tidak boleh dijadikan istri karena ciri-ciri tubuh tertentu atau keluarga tertentu; memposisikan wanita tidak mandiri beraktivitas,karena selalu berada dalam perlindungan dan pengawasan pria, ayah,kakak laki-laki atau anak laki-laki; merumuskan persyaratan istri yang setia dengan memperlakukan suami sebagai dewa,sekalipun suami kurang kebajikan; memberikan label tabiat jahat pada wanita sejak kelahiran; membolehkan suami menceraikan istrinya karena faktor-faktor berasal dari istri .padahal faktor-faktor itu juga terdapat pada suami.Kedua, sloka-sloka dalam Manawadharmasastra yang bias gender tersebut tidak sesuai dengan paham hak asasi perempuan dan kitab suci Sruti.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectgender, smerti, wanitaen_US
dc.titleGENDER PENCITRAAN WANITA: ANALISIS WACANA ATAS SMERTIen_US
dc.title.alternativeKAJIAN WANITAen_US
dc.typeArticleen_US
Appears in Collections:ARTIKEL

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Penelitian Lengkap.pdf1.51 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.