Please use this identifier to cite or link to this item: http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/2079
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIda Bagus Dharmika-
dc.contributor.authorIda Bagus Suatama-
dc.contributor.authorI Gusti Bagus Wirawan-
dc.contributor.authorI Wayan Sukarma-
dc.date.accessioned2022-03-08T01:15:28Z-
dc.date.available2022-03-08T01:15:28Z-
dc.date.issued2021-10-01-
dc.identifier.urihttp://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/2079-
dc.description.abstractKehidupan beragama masyarakat Bali dewasa ini adalah merupakan perwujudan atau gabungan dari berbagai tradisi,sekte dan kearifan lokal yang berkembang di Bali sebelumnya. Pulau Bali, pulau wali, pulau banten tempat diselenggarakannya berbagai upacara besar seperti panca bali krama, eka dasa rudra satu bentuk upacara bhuta yadnya dalam berbagai sumber disebut sebagai bali-yajna atau bali-harana, yaitu persembahan untuk bhuta (balir-bhauto). Catatan sejarah menunjukkan bahwa di Bali sebelumnya dikenal dan berkembang beberapa sekte seperti Siwa Sidhanta, Pacupata, Bhairawa, Waisnawa, Bodha, Brahmana, Rsi, Sora, dan Ganesa. Dalam rangkaian upacara agama (yadnya) terutama Bhuta Yadnya kerapkali dilaksanakan upacara tabuh rah, tabur rah, atau nyambleh dengan taburan darah binatang korban. Pertanyaan yang kemudian muncul mengapa harus tabuh rah? Pertanyan inilah yang kemudian dicoba dibedah dengan suatu proses penelitian dengan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan melalui penekatan kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa tabuh rah adalah simbolisasi nyupat bhuta kala sebagaimana disebutkan dalam berbagai artikel agama Hindu tentang Siwa Siddhanta yang memiliki kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan bathin. Muncratnya darah hewan dalam penggunaan caru, tawur dan juga tari keagamaan yang tumbuh dari kearifan lokal disebutkan sebagai simbol pelepasan biomaterial dan bioenergi ke alam kosmik guna penyelarasan alam semesta. Pemujaan siwaistik terutama siwa sakti (durga) masih sering kita temui saat menyambut dan nedunan bhatara dengan banten segehan agung disertai dengan nyambleh ayam semalung atau kucit butuhan. Upacara dengan taburan darah adalah pesembahan untuk bhuta guna mencapai bhuta-hita atau jagadhita, keharmonisan alam semesta, bhuwana agung dan bhuwana alit yang dibentuk oleh unsur panca-maha-bhuta.en_US
dc.language.isoenen_US
dc.publisherUnhi Pressen_US
dc.subjecttabuh rah, simbolik, alam semestaen_US
dc.titleTABUH RAH : SIMBOLIK HARMONIS DENGAN ALAM SEMESTAen_US
dc.typeArticleen_US
Appears in Collections:ARTIKEL

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Prosiding.pdf18.93 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.