Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/149
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | I Wayan Watra | - |
dc.date.accessioned | 2019-11-11T02:00:20Z | - |
dc.date.available | 2019-11-11T02:00:20Z | - |
dc.date.issued | 2015-05 | - |
dc.identifier.isbn | 978-602-9138-75-7 | - |
dc.identifier.uri | http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/149 | - |
dc.description | Sesungguhnya hidup ini bagaikan kilat, demikian salah satu kalimat dalam Saracamuccaya menjelaskan. Sehingga manusia selama hidup hendaknya berusha untuk bekerja sesuai dengan Swadharmanya masing-masing. Ketika terlambat usia tua telah menanti. Dengan usia tua segala penyakit, mulai menghampirinya. Sehingga bagi mereka yang telah bekerja dengan baik, hatihati, cermat, cerdas yang menghasilkan kesejahteraan dan kedamaian, patutlah bersuyukur. Kendatipun pekerjaan yang dihasilkan belum maksimal dalam mencapai kreteria tersebut. Pada kesempatan ini saya bersykur kepada Leluhur, yang telah menyatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasinya sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan (Saraswati), atas bimbingann dan tuntunannya selama berkarya melalui tulis menulis. Dari ceritera yang menceriterakan di Subgai Gondari, dan Gangga India, terdapat pada sebuah buku lama dan kusam. Ceritera tersebut penulis perkirakan bersumber pada ajaran Siwa, terkait dengan Siwa Lingga yang dikenal dengan dengan “Aji Samkhya” dengan 25 Tattwa. Tetapi ceritera itu baru penulis tulis kembali dengan bahasa penulis sendiri mengkaitkan dengan nperkebangan jaman. Ceritera itu jumlahnya 25 judul (terkait dengan Aji Samkhya), tetapi tulisan itu baru penulis temukan sekitar 18 Cerita, dan sisinya sampai sekarang belum ketemu. Tulisan tersebut dimuat secara bersambung pada tabloit Karya Bhakti tahun 1984. Untuk mengingat dan sambil mencari sumber aslinya, penulis pilihkan yang berbaik beberapa diantaranya, seperti: Mandarawati dan Bhuta Wetala, Brahmana Rewel dan Buta Wetala, dan Raja Triwikramasena Menyerah kepada Bhuta Wetala. Bhuta Wetala yang dapat diartikan, sebuah kegelapan dalam menjalankan kehidupan di dalam kegelapan. Ditengah kegelapan terdapat titik terang menuju kebaikan, sebab dalam hidup ini harus berhati-hati. Karena di dalam dunia terang benderang ini, sungguh banyak perilaku-perilaku kegelapan yang tidak kita ketahui, terkadang tidak disadari. Nampaknya cerita ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan, terutama bagi pemimpin yang berhati mulia. Disamping itu pula buku ini juga menyajikan tulisan-tulisan yang dimuat selain di Tabloid Karya Bhakti juga dari karya penulis dari Koran Suara Udayana, Koran Nusa Tenggara, Koran Bali Post, Wahana Media Pematang Alumni Udayana, Majalah Kebudayaan Karya Bhakti, Majalah Spiritual Universal, dan Majalah Widya Wretta Universitas Hindu Indonesia, dari tahun 1984-2009. Tulisan ini penulis buat bersambung dalam buku satu, dan akan dilanjutkan dalam buku dua, tiga dan seterusnya. Untuk buku dua akan terbit 2016. Demikian tulisan ini disajikan secara sederhana dan masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dalam tulisan ini maupun pada penulisan berikutnya. | en_US |
dc.description.abstract | Simpulan ini bersifat interpretativ terkait dengan tujuh unsur kebudayaan, yang lebih menekankan pada bahasa dan Agama Hindu, khususnya dalam bahasa Bali dan keterkaitannya dengan tulisan Sansekerta. Hal ini semata-mata bertujuan melestarikan kebudayaan Bali. Kenyataan ini tidak mudah dan tidak cukup satu atau dua orang, tetapi kita semua yang harus perduli terhadap kebudayaan Bali. Terutama dalam hal ini adalah: 1). Tulisan dan bahasa Bali sebagai bahasa Ibu, agar bisa berta-han sesuai dengan perkembangan jaman. 2). Mari kita usahakan untuk menggunakan bahahasa dan tulisan secara konsiten di tingkat formal maupun informal. 3). Hal ini di lakukan agar kita tidak bingung pada saat menggunakan atau pada saat mengu-cap-kannya. 4). Tulisan Om Swastyastu, dan Om Shanti, Shanti, Shanti. apa akan kita pakai bahasa Sansekerta seperti yang sekarang, atau tulisan Bali? 5).Untuk memperoleh jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, maka yang sangat berperanan dalam hal ini adalah: Universitas Hindu Indonesia, Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, Universitas Udayana "Sastra Jurusan Linguistik", Universitas-Universitas yang terkait dengan Sastra dan Agama. Cendikawan Hindu dan partisifan. Akhirnya di bahas dalam dialog sastra "Diseminarkan". Semoga tulisan kecil ini dapat mengetuk hati bagi tokoh-tokoh Ilmuwan Liguistik, Budayawan dan Agamawan. Maka disini diperlukan sebuah seminar, jika ingin melestarikan budaya Bali, yang sering disebut dengan "Ajeg Bali" | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Universitas Hindu Indonesia | en_US |
dc.title | Filsafat Agama dan Kebudayaan dalam Hindu Sastra | en_US |
dc.type | Book | en_US |
Appears in Collections: | BUKU |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Filsafat Agama dan Budaya.pdf | Filsafat Agama dan Kebudayaan dalam Sastra Hindu | 1.3 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.