Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/47
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | I Wayan Budi Utama | - |
dc.date.accessioned | 2019-09-26T06:09:27Z | - |
dc.date.available | 2019-09-26T06:09:27Z | - |
dc.date.issued | 2019 | - |
dc.identifier.isbn | 978-602-5401-54-1 | - |
dc.identifier.uri | http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/47 | - |
dc.description | Hingga kini, referensi tentang dinamika Hindu di Indonesia dapat dikatakan masih sangat terbatas. Padahal Hindu sebagai sebuah kepercayaan telah mulai menyebar dan berpengaruh di Asia dan Indonesia khususnya sejak awal-awal abad Masehi. Bahkan, Hindu sebagai sebuah agama sudah dikenal sejak lama yakni sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi di tanah kelahirannya yang diperkirakan berpusat di sekitar Sungai Sindhu di India. Itulah sebabnya nama “Hindu” ini tampaknya diambil dari nama Sindhu. Dalam konteks referensi kesejarahan di Nusantara, keberadaan agama atau budaya Hindu mulai dicatat pasca ditemukannya tinggalan sejarah di kawasan Kerajaan Kutai, Kalimantan Timur, yang berdiri sekitar abad ke-4. Setelah itu, ditemukan pula tinggalan Hindu lainnya di Jawa Barat tepatnya di wilayah Kerajaan Tarumanegara. Lambat laun, Hindu kemudian menyebar ke wilayah Jawa Tengah dengan bukti ditemukannya candi-candi yang bernafaskan Hindu seperti Candi Gedong Songo yang berdiri sekitar abad ke-7 dan abad ke-8. Pengaruh Hindu kemudian menyebar ke wilayah Jawa Timur ditandai dengan berdirinya Kerajaan Kediri, Singosari, yang kemudian menjadi cikal bakal kerajaan Hindu terbesar di Nusantara pada abad ke-14, yakni Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit ini dianggap mampu mempersatukan Kepulauan Nusantara. Kini, jejak warisan budaya Majapahit yang berkaitan erat dengan kebudayaan Hindu masih dapat ditemukan di beberapa wilayah di Nusantara, utamanya Bali. Sejumlah perdebatan kesejarahan di Indonesia mendiskusikan bahwa pengaruh Hindu yang berasal dari India cenderung tidak berpretensi sebagai “alat” untuk mengkolonisasi wilayah-wilayah yang didatanginya. Kehadiran pengaruh Hindu di Nusantara justru memperkaya kebhinnekaan di negeri kepulauan yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Kebudayaan Hindu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kita di masa lalu dan realita hari ini. Ia adalah salah satu akar dari pelbagai kearifan yang kita kenal sebagai “budaya Indonesia” sekarang dan kiranya tetap dirawat sebagai bagian dari memori kultural bangsa Indonesia di masa mendatang. Namun demikian, masih muncul pertanyaan (research questions) yang berkaitan dengan seberapa jauh Hindu berpengaruh di Kepulauan Nusantara saat ini. Pertanyaan ini dapat dicari rujukannya dengan mengurai sejarah asal mula perkembangan Hindu, baik dalam konteks hubungannya dengan kebudayaan luar Nusantara maupun di dalam negeri. Selain itu, perlu ada upaya menelusuri jejak kebudayaan Hindu baik yang berupa benda (tangible) maupun tak benda (intangible) di berbagai daerah di Indonesia khususnya kantong-kantong populasi umat Hindu. Bersamaan dengan itu, dinamika lembaga-lembaga keagamaan Hindu, kepemimpinan umat Hindu, struktur tradisional yang dilandasi adat dan kearifan lokal juga menarik dan perlu ditunjukkan untuk mendapat gambaran yang lebih komperehensif tentang situasi dewasa ini. Usaha mencari tahu interaksi umat Hindu di tengah masyarakat yang multibudaya di berbagai daerah berikut peluang dan tantangan yang dihadapi juga penting dilakukan sebagai langkah awal untuk mengungkap dan memetakan fenomena sosial, budaya, ekonomi, dan politik hari ini. Studi yang dilakukan dan dirampungkan dalam bentuk buku ini merupakan salah satu upaya memenuhi kebutuhan tersebut. Harapannya, temuan-temuan di lapangan (research findings) mampu memperkaya kajian dan dokumentasi tentang kebudayaan Hindu di Indonesia. Selain itu, penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pembelajaran dan refleksi bersama untuk merawat ke-Indonesia-an dan kebhinnekaan di tengah aneka dinamika global kini. Secara umum dari penelitian ini diketahui bahwa penyebaran Hindu di Nusantara tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi berabad-abad silam, melainkan juga sebagai dampak nyata dari adanya program transmigrasi dari Bali ke beberapa daerah di Indonesia. Konsekuensi sekaligus tantangan dari perpindahan ini bukan hanya membangun kehidupan ekonomi yang baru tetapi juga merekonstruksi kehidupan spiritual, adat, dan agama. Umat kemudian melakukan aneka upaya peniruan, inovasi sampai penyederhanaan tradisi, ritual, upacara. Selain itu, pendidikan Hindu juga menjadi dasar tumpuan untuk dapat mempertahankan identitas di tengah masyarakat yang multibudaya. Dinamika umat Hindu di Nusantara juga dipengaruhi oleh perkawinan dengan umat beragama lain atau penduduk lokal, serta perpindahan orang Hindu Bali yang merantau untuk memenuhi tuntutan profesi seperti guru, polisi, dan TNI. Kedua fenomena ini terjadi hampir di seluruh daerah yang dibahas di buku ini. Kendati menjadi minoritas di Indonesia, masyarakat Hindu yang tinggal di kantong-kantong umat di berbagai pelosok di Indonesia tetap mampu berbaur dengan penduduk dan budaya lokal. Tak jarang budaya Hindu di luar Bali berbeda dengan kebiasaan di Bali, misalnya saja budaya Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah. Contoh lain yang juga menonjol adalah budaya Hindu Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Umat di sana memiliki kultur unik, terutama karena sebagian di antaranya semula adalah umat kejawen yang kemudian pindah ke agama Hindu karena “tuntutan” di era Orde Baru. Perpindahan ke Hindu ini juga dipengaruhi oleh kedekatan ajaran dengan kejawen dan latar belakang/alasan politik. Setelah Bali, Lampung adalah wilayah dengan jumlah umat Hindu terbesar kedua di Indonesia. Keberadaan umat yang cukup besar di beberapa daerah mendorong lahirnya infrastruktur pendidikan seperti perguruan tinggi agama dan budaya Hindu yang terdapat antara lain di Lampung, Klaten, Jawa Tengah, dan Bali. Hal ini tentu menjadi potensi tersendiri bagi perkembangan Hindu di daerah. Selain itu, potensi lainnya tampak dari geliat usaha pariwisata yang melibatkan umat Hindu, seperti di Jawa Tengah, Bali, dan Manado. Diaspora Hindu Bali juga dikenal ulet dan memiliki keahlian di bidang pertanian dan perkebunan. Citra baik ini dikenal luas di masyarakat terutama di kawasan transmigrasi seperti Sumatera Selatan, Kendari, dan Lampung. Berbagai potensi ekonomi, alam, dan SDM lainnya dapat disimak lebih lanjut dalam buku ini. Dalam perjalanannya, tidak bisa dipungkiri juga terjadi konflik antara umat Hindu dan umat lainnya di sejumlah daerah. Sebagai contoh adalah eksistensi umat Hindu di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan interaksinya dengan penduduk lokal. Hubungan antara umat beragama di Lombok saat ini ditengarai tidaklah sebaik dahulu. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh munculnya gerakan-gerakan keagamaan yang membangun narasi-narasi perbedaan. Akibatnya adalah muncul konflik seperti sulitnya pendirian tempat ibadah dan pembatasan penggunaan gamelan pada waktu-waktu tertentu. Hambatan ini di satu sisi menjadi tantangan, tetapi di sisi lain juga menjadi perekat dan penguat solidaritas antarumat Hindu di Nusa Tenggara Barat. Persoalan akses pendidikan Hindu juga menjadi masalah serius yang mengemuka di banyak daerah. Mandegnya formasi guru agama PNS dan kurangnya kuantitas dan apresiasi terhadap SDM Hindu yang membina umat di pelbagai pelosok Indonesia harus mendapat perhatian khusus dan diperjuangkan lewat berbagai cara termasuk lembaga-lembaga legislatif maupun eksekutif. Hal ini adalah cita-cita bersama yang dapat terwujud dengan sinergi bersama berbagai pihak. Adapun buku ini turut menguraikan permasalahan tersebut dan upaya-upaya yang dilakukan umat, termasuk lembaga keagamaan. Jalan tengah seringkali harus diambil untuk berkompromi dengan situasi demi menjaga keberlangsungan kehidupan keagamaan di daerah masing-masing. Kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari berbagai lintas disiplin keilmuan (interdisciplinary approaches) ini menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Data-data tertulis dikumpulkan dari berbagai pihak, yaitu lembaga PHDI yang ada di beberapa provinsi, kabupaten, kota, berupa data arsip kesejarahan. Berbagai informasi menarik dan penting juga didapat dengan bantuan lembaga parisada pusat di Jakarta, para pengelola atau pengurus pura, kuburan, sekolah tinggi agama Hindu, kantor dinas agama di daerah, dan sebagainya. Pengumpulan data di lapangan juga dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terstruktur (focus group discussion), dan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan utuh dilanjutkan dengan mengadakan wawancara mendalam (in depth interiview). Walau demikian, tak dapat dipungkiri masih ada kesulitan menemukan data lengkap di beberapa tempat lantaran beberapa lembaga yang dikunjungi masih ada dalam tahap perkembangan awal. Tantangan ini dapat diatasi salah satunya dengan bantuan pihak PHDI Pusat di Jakarta yang memberikan surat izin untuk mengadakan penelitian di daerah-daerah. | en_US |
dc.description.abstract | Berdasarkan paparan di atas kiranya dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Pertama, perkembangan seni budaya Bali berakar dari zaman prasejarah atau masa perundagian yang tumbuh dari budaya asli Bali. Setelah masuknya pengaruh Hindu dan Buddha terjadilah proses siskritisme. Nilai-nilai ini menjadi dasar bagi pengembangan USB agar modal budaya yang dimiliki Bali tetap berkembangan di tengah-tengah arus globalisasi. Kedua, proses kreatif para seniman Bali dilandasi oleh rasa bhkati dengan maksud mempersembahkan yang terbaik kepada yang dicintai dalam hal ini Hyang Widhi dan bhatarabhatari. Selalu terjadi proses konsekrasi seni agar seni budaya Bali memiliki taksu. UBS memulainya dengan acara ngerehang barong dan rangda agar memiliki taksu yang kuat. Keunikan dan keluhuran karya seni budaya Bali terjadi karena adanya proses konsekrasi baik terhadap seniman, alat-alat, serta karya seni budaya tersebut melalui ritual agama Hindu. Ketiga, budaya Bali tak bisa lepas dari percaturan budaya nasional dan internasional yang menyebabkan terjadinya komodifikasi seni budaya Bali. UBS dimaksudkan agar terjadi proses kreatif agar seni budaya Bali tetap rohnya sebagai bentuk bhakti. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Pustaka Laransan bekerjasama dengan Universitas Hindu Indonesia, Denpasar dan Badan Penerbit Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat | en_US |
dc.subject | Universitas Hindu Indonesia dan Penguatan Identitas Kehinduan melalui UBS | en_US |
dc.title | Dinamika Hindu di Indonesia | en_US |
dc.title.alternative | Universitas Hindu Indonesia dan Balisani | en_US |
dc.type | Book | en_US |
Appears in Collections: | BUKU |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Buku Dinamika Hindu BUDI UAMA full.pdf | UNIVERSITAS HINDU INDONESIA DAN BALISANI | 7.25 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.