Please use this identifier to cite or link to this item: http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/151
Title: Fungsi Filosofi Mangku Dalang dalam Yadnya Agama Hindu di Bali
Authors: I Wayan Watra
Keywords: Filosofi Mangku dalam Yadnya Agama Hindu di Bali
Issue Date: May-2017
Publisher: Paramita
Abstract: Secara filosofis Mangku Dalang lahir dari Tumpek Wayang, dengan fungsinya memestaskan Wayang, yang sarat dengan nilai-nilai Logika, Etika, Tatwa dalam agama Hindu. Sehingga di kultuskan menjadi hari yang baik untuk mendidik anakanak yang lahir pada saat ini atau pada wuku Wayang. Orang Bali pada umumnya melakukan upacara ”penebusan dosa khusus” yang dinamakan lukatan sapuh Leger. Mangku dalang adalah sosok orang yang dihormati, selain jabatan utamanya sebagai Dalang dipercayaan untuk membantu melaksanakan tugas Mangku Kahyangan Tiga, dan Kahyangan Jagat. Termasuk “mepegat” dalam upacara Pitra Yadnya, seperti dilakukan oleh Wayan Suendi, generasi penerus Mangku Dalang (Mangku Rengkug/Almarhum). Mangku Dalang adalah sosok orang yang dipercayai memiliki nilai kelebihan dari manusia yang lainnya, yang di percaya ahli diberbagai bidang: Ahli Filsafat, Ahli Logika, Ahli Etika, Ahli Ramal, Ahli pengobatan (Balian), dan Ahli Seni. Atasbjulukan yang diberikan oleh masyarakat, maka Mangku Dalang dikatakan mampu mendidik Budi Pekerti, mampu melestarikan kebudayaan tradisional maupun nasional.
Description: Utamaning sembah ningulun ri pada nira Hyang, rep ri sekala paripurna brahmantya tan kacauhing ila-ila. Puji Syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Semoga hamba tidak diukutuk, karena menyebutnyebut nama Beliau dinuia nyata. Di dalam dunia Pewayangan sering disebut dengan cahaya dari “Hyang ning Hyang”, yaitu sumber dari sumbernya Sinar. Eksistensi Mangku Dalang atau Jero Dalang sebagai bagian dari masyarakat Bali, ternyata masih tetap dihormati di era globalisasi yang berorientasi material. Hal itu disebabkan Mangku Dalang yang tergolong sebagai seni pertunjukan wali (sacred relegious), didalamnya terkandung nilai-nilai agama, nilai logika, nilai etika dan estetika. Nilai-nilai inilah diolah oleh Mangku Dalang untuk menjadikan bentuk-bentuk seni pertunjukan yang berbeda sifat dan kualitasnya. Sehingga upacara lukatan/ ruwatan maupun dalam pementasan wayang kulit merupakan suatu kesatuan yang integral. Hal tersebut mencakup beberapa unsur-unsur pokok yang disebut sebagai ”rukun ruwatan” yaitu komponen atau unsur-unsur meliputi: (a) pihak yang mengadakan ruwatan; (b) anak yang diruwat; (c) yang bertugas memimpin upacara ruwatan, yaitu dalang; (d) wayang; (e) pocapan; (f) sesajen; (g) mantra atau mantram; dan (h) lakon. Gambar-gambar Wayang dalam buku ini menggunakan dua keropak Wayang milik Ida Pandita Mpu (I Made Dukuh nama Walaka/Almarhum), dari Gianyar dan satu keropak lagi Warisan Leluhur (Milik Pribadi). Gambar-gambar Upakara dan Pementasan Wayang, saya ambil dari Kabupaten Badung, Denpasar, Tabanan, Klungkung, dan Gianyar. Saya telah berusaha secara maksimal untuk memenuhi permintaan dari para Dalang, dan teman-teman dan melanjutkan Ide awal dari Dra. Ni Wayan Wandri, M.Si, yang kini telah Pensiun. Terima kasih juga kepada sahabat Dekat Dalang dari Telikup Gianyar Dr. I Made Yudabakti, S.Sp.,M.Si, terimkasih atas dukungannya baik berupa moral maupun spiritual. Teman seperjuangan di kampus Fakultas Ilmu Agama, yang kini telah berubah menjadi Fakultas Ilmu Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia Denpasar termasuk juga rekan-rekan di Program Pascasarjana. Kritik dan saran secara terus menerus saya harapkan dari pembaca yang budiman, untuk penyempurnaan demi penyempurnaan dalam penerbitan berikutnya, edisi ketiga.
URI: http://repo.unhi.ac.id/jspui/handle/123456789/151
ISBN: 978-602-204-634-9
Appears in Collections:BUKU

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Fungsi Filosofi Mangku Dalang-1.pdf15.88 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.